---------- Selamat Datang ---------- Welkom ---------- Welcome ---------- Bienvenue ---------- Willkommen ---------- Aloha Mai ---------- Swaagatam ---------- Velkomin ---------- Benvenuto ---------- Wëllkomm ---------- Ulo Kumyn Denen Zhyna ---------- Dobro Pozhalovat' ---------- Bienvenidos ---------- Wilujeng Sumping ---------- Yin Dee ---------- Hosh Keldingiz ---------- Irashaimasu ---------- Sugeng Rawuh ---------- Pari Yegak ----------

Friday, August 20, 2010

What People Said About ... (2)

Ola...! Apa kabar semuanya, semoga semuanya dalam keadaan baik dan selalu dalam lindungan Tuhan YME. 
Alkisah, suatu saat ketika penulis sedang mengubek-ubek status Facebook teman-teman penulis, penulis menemukan beberapa status yang bisa dibilang memiliki hubungan yang tidak jauh-jauh dengan tokoh-tokoh yang tersebut dalam tulisan penulis yang sebelumnya. 
Oleh karena itu pada "What People Said About ..." edisi yang kedua ini, penulis mencoba membagi uneg-uneg salah seorang senior penulis tersebut dalam blog penulis ini. Senior tersebut bernama Enos Oktafiat yang dulu di kampus begitu diakui kebesaran sepak terjangnya hingga akhirnya beliau begitu diagung-agungkan oleh para juniornya hingga saat ini.  

Enos Oktafiat
Akhirnya, setelah melalui jalan yang panjang untuk meminta ijin (yang Alhamdulillah akhirnya di izinkan oleh yang bersangkutan) , penulis dapat berkesempatan untuk ngeBlogging status yang dibuat pada Hari Selasa Tanggal 20 Agustus 2010 pada waktu +/- 17:30 WIB tersebut. 
Ini  dia nii statusnya ... 

" sebenarnya layak ga sih yang namanya terpidana korupsi dibebaskan dengan mendapat grasi atau amnesti dari presiden , ya mungkin itu hak dari seorang presiden dan mungkin juga dengan alasan si terpidana sakit dan sebagainya, tapi apakah ini yang di jadikan alasan "pokok" si "terpidana" menjadi berkurang masa tahanan dan akhirnya bebas "
" bertanya mode on ??????????????????? "
(Enos Oktafiat)





Pandangan Penulis
wewww...kata-kata yang tajam, lugas, dan langsung menuju ke ulu hati orang yang dimaksud, hehehe. Ini adalah salah satu contoh hasil dari demokrasi. Bayangin aja, jaman dulu, orang ngomong begini ga lama bisa langsung hilang ditelan bumi. Nah, Sekarang? hohoho, Thanks God, bahkan kata-kata seperti ini bisa di sadur ke Blog, dan tersebar dengan cepat atas bantuan teknologi jaman sekarang.
Oia, jadi lupa bahas apa yang dimaksud. Jadi begini nii, menurut penulis, Yang Pertama, bukankah semua terpidana berhak mendapatkan Grasi? apalagi disaat kemerdekaan, yang notabene setiap orang berhak untuk merasa "merdeka" biarpun mereka masih didalam penjara. Belum lagi kalau kita ingat, bahwa hukum mengenal suatu asas yaitu "Equality Before The Law" yang berarti "Semua Orang Adalah Sama Di Mata Hukum" ? jadi  entah siapapun dia, mau terpidana korupsi ataupun maling ayam, penulis pikir dia berhak mendapatkan apa yang namanya grasi.
Penulis jadi ingat dengan kata-kata salah satu dosen Mata Kuliah Hukum Pidana (yang tidak bisa disebutkan namanya disini) yang dulu penulis sempat tanyakan, "mengapa seorang terdakwa / tersangka berhak didampingi oleh pengacara walaupun jelas-jelas dia bersalah, kan buang-buang energi", kemudian sang dosen berkata. "seorang tersangka ataupun terdakwa, siapapun dia, berhak mendapatkan keadilan hukum, dalam artian, dia berhak mendapatkan hukuman yang memang sesuai dengan apa yang sudah diperbuat, dan tidak dilebih-lebihkan". Apa yang penulis simpulkan adalah, semua orang, kalo kita bicara hukum, mempunyai hak yang sama siapapun dia. 
Yang Kedua, Dulu pemberian grasi kepada terpidana, dilakukan oleh Raja, semata-mata karena kemurahan hati dan belas kasihan saja. Sedangkan dewasa ini, pemberian grasi kepada terpidana dilakukan oleh Kepala Negara, bukan semata-mata sebagai kemurahan hati, karena dalam hal ini telah melibatkan pejabat-pejabat negara lainnya (para hakim, para jaksa, Ketua MA, dll) jadi tidak mutlak atas Permintaan Kepala Negara saja. Jadi, terkesan kurang adil kalau hanya Presiden saja yang disudutkan, (bahkan terlepas dari benar atau tidaknya pemberian grasi tersebut) karena dalam memutuskan seorang terpidana mendapatkan grasi atau tidak, terdapat campur tangan pejabat-pejabat tinggi negara lainnya.
Hmm, sekian pandangan dari penulis. Apabila ada kata-kata yang mungkin kurang berkenan, penulis mengucapkan maaf. Apapun itu, ini adalah negara democrazy. So, nggak ada alasan buat kita saling tersinggung. Intinya, yang suka silahkan baca, yang gak suka ya jangan dibaca. OK...?! hehehe. buat para kritikus, selow aja sob...coz,tetep seperti apa yang  dikatakan oleh Benjamin Franklin "Pengkritik kita adalah teman kita. Mereka menunjukkan kesalahan kita" yaa berarti kalian yang mau memberi komentar baik negatif maupun positif, semua tetep teman saya. Peace^^


Salam Satu Jiwa,
 Penulis


* * *


©2010.Yudha743™

Thursday, August 19, 2010

What People Said About ... (1)

Penulis
Prakata
Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore , ataupun Selamat Malam. Kapanpun dan dimanapun anda membaca tulisan ini.
Terima Kasih sudah mengunjungi Blog saya ini.

Dalam edisi pertama "What People Said About..." ini, penulis mengambil tema Demokrasi. Why Democracy?
Begini ceritanya, pada tanggal 17-18 Agustus 2010 kemarin ada sedikit perdebatan seru yang menghiasi beberapa media tanah air soal Presiden kita, yang disebut memberikan souvenir yang terlalu mencitrakan keluarga Cikeas (Keluarga Presiden.red) pada saat Upacara 17 Agustus di Istana.
Kebetulan pada saat itu Penulis berkesempatan hadir di Istana, uniknya penulis merasakan tidak ada yang aneh pada saat itu. Semua tampak berjalan seperti biasa sebagaimana mestinya tanpa ada pencitraan yang tidak wajar. Menurut Penulis, semua masih dalam koridor yang sangat wajar dalam kapasitas Presiden beserta keluarganya sebagai Tuan Rumah yang baik.
Nah, daripada membahas masalah souvenir tersebut yang penulis pikir terlalu lucu untuk diperdebatkan, lebih baik penulis mengangkat apa yang sebenarnya terdapat didalam salah satu souvenir tersebut. Yaitu salah satu buku tipis yang berisi Wawancara Khusus wartawan Jurnal Nasional dengan Agus Harimurti Yudhoyono, putra dari RI 1 Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono

Oke, this is the first edition of  "What People Said About" ....


what Agus Harimurti Yudhoyono said about our Democracy...

Agus Harimurti Yudhoyono
"Saya melihat Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangannya luar biasa cepat jika dilihat dari lintasan sejarah kita. Tapi perlu diingat, demokrasi adalah alat, bukan tujuan. "It's not an end in itself". Tapi kita sering menganggap bahwa demokrasi adalah objective, tujuan. Padahal demokrasi kalau kita sikapi sebagai sebuah proses panjang adalah alat untuk tujuan akhir sebuah bangsa, yaitu prosperity (kemakmuran). Tapi perkembangan ini sangat wajar bagi sebuah bangsa yang sedang membangun, di negara manapun. Bahkan bagi negara yang sudah maju sekalipun tetap menghadapi tantangan dan persoalan dalam mengelola alam demokrasinya".
*disadur dari Jurnal Nasional, Wawancara Eksklusif Agus Harimurti Yudhoyono dengan Budi Winarno dan Koesworo Setiawan.




Pandangan Penulis
hmm...pemikiran yang sederhana, tapi sangat berisi, penjelasannya langsung mengena kepada tujuan yang dimaksud (untuk diterangkan.red). Kata-kata ini bagus untuk dibaca dan diketahui oleh mereka-mereka siapapun itu yang mengaku masih belajar tentang politik.
Sebuah pesan untuk mereka-mereka yang berteriak soal demokrasi, entah itu di dalam ruang rapat, tempat diskusi, di jalan-jalan, yang tanpa mereka sadari bahwa apakah mereka sebenarnya mengerti atau tidak tentang arti dari demokrasi itu sendiri. Yang kadang membuat mereka lupa jalan, dan membenarkan apapun yang mereka lakukan dengan alasan "demokrasi".


Salam Satu Jiwa, 
Penulis


* * * 

*Tulisan "What People Said About..." ini adalah awal atau rintisan dari tulisan-tulisan saya mengenai kata-kata dan pandangan tokoh-tokoh, orang-orang penting, pejabat, siapapun yang dikenal orang banyak secara luas, tentang apapun yang lagi happening di negara kita atau bahkan di negara tetangga yang nun jauh disana. Anyway, Siapapun itu yang menurut saya pantas omongannya untuk dikritisi, dikagumi, atau bahkan diikuti.

Banyolan Agustusan - Merdeka !!! *

*) Banyolan ini dibuat saat penulis terjebak kemacetan Jakarta yang luar biasa. Semakin terinspirasi dengan membayangkan kapan kira-kira Kuala Lumpur digempur sm Tank Indonesia.
Disadur dari status Facebook saya tanggal 16-17 Agustus 2010
Apapun yang penulis tulis, rasakan dan keluhkan soal negara ini, Penulis Tetap Cinta Negara ini.
..
I Luph U Pull......Indonesia..!!!

I.
Kalo Saya Jadi Presiden :
angkat telepon, hubungi Panglima TNI, ngomong begini "Ndral, kan kita punya sukhoi, tolong besok pas saya upacara kamu bawa,trus kamu bom petronas sampe runtuh",
pasti kata Panglima : "Nyun Sewu Pak Pres...bukan ndak mau,tapi sukhoi kita gak ada pelurunya...",
Saya : "yasudah,tabrakin aj sekalian,ntar kita kredit lagi..."

II.
Presiden bertanya kepada Panglima : "he Pang, itu kenapa 3 aparat kita dtangkep malaysia??"
Panglima : "iya Pak...., abisnya setelah mereka nangkep nelayan malaysia, gantian mereka mancing ikan di pantai malaysia.."

III.
Seandainya Saya Presiden Season 3 :
Presiden ketemu sama Panglima pas mau upacara, "ehh,,elu Pang...gw bingung nii,,gmn y caranya byr malaysia takut sm kita....?.."
Panglima : "gampang pak, kita tulisin aj kapal perang kita 'Elpiji 3kg' pasti pd takut smw...."
*PS : Thx 4 Dewangga Aja Ngono atas idenya... :))

IV.
Seandainya Saya Presiden Season 4 :
seorang dubes malaysia bertanya ketika upacara : "pak cik,kenapa monas atasnya macam api dilapis emas?"
Saya : "yaa kalo diatasnya kite taroh elpiji 3kg, mau dilapis apa juga orang pade takut mau maen ke Indonesia..."

IV1/2.
Seandainya Saya Presiden Season 4 1/2 :
Dubes Malaysia kembali bertanya : "Pak Cik,terus kenapa di Negara ini banyak patung Panglima Sudirman?"
Saya : "yaaa....kalo patung nya Abu Bakar Ba'asyir,orang pikir saya teroris!!!"

V.
Seandainya Saya Presiden Final Season :
Menakertrans bertanya kpd saya : "Pak Pres, kenapa yaa...TKI kita selalu dianiaya di Luar Negeri...saya bingung sama solusinya.... :( "
Saya : "mulai besok, kita kirim aja SatPol PP sebagai ganti TKI..."

VI.
Seandainya saya Presiden Final AfterSeason (Sambungan dari Season 1):
Selesai Upacara, Presiden (Y) menghubungi Panglima TNI,
Y : "halo,Ndral.."
P : "iyaaa... Pak ?"
Y : "lho? ko kamu masih idup?tugas yang saya kasih kemarin gimana???"
P : "nyun sewu Pak Pres, ternyata sukhoi kita juga ga ada bensinnya.."
Y : "haduhh,yasuda!...besok ingetin saya kredit Jendral baru..!"





* * *



Pesan Penulis :
Bangsa ini sudah mulai berubah menjadi bangsa yang penakut, pengecut, & pecundang. Daripada cuman ngurusin koruptor yang bak jamur di musim hujan, Jalanan yang berlubang sampe hari raya kambing, ato nangkepin orang yang malingin ayam karena laper, demo mahasiswa yg tak jelas apa tujuannya, bahkan artis yang mulai rebutan jadi bupati ato camat. Mending mereka-mereka itu suruh perang lawan malaysia.
Mari kita kirim Artis-artis sinetron, mahasiswa doyan demo & rekan-rekan Satpol PP ke medan tempur. Biar dimakan cacing sampe habis. !!!

MERDEKA !!!

hahahaha ^^



* * *



Catatan Penulis :
Sering dikatakan bahwa tertawa itu sehat. Bahkan tertawa adalah obat paling mujarab. Karena ia memiliki kekuatan penyembuhan. Ia mampu mengendurkan urat-urat syaraf kita yang terlanjur tegang lantaran tuntutan kerja yang teramat tinggi. Mungkin ini benar. Tapi benar juga bahwa, sekalipun kita senang tertawa, kita tidak ingin ditertawakan.
Meluangkan waktu sepetak untuk ruang privasi guna merenungi makna kehidupan lewat jalinan humor adalah tujuan dari catatan ini. Inilah cara saya menertawakan dunia, menertawakan orang lain dan ... diri sendiri!
So ... sudahkah anda tertawa hari ini?
Ini negara paling demokratis sedunia. Jangankan tertawa, bikin kericuhan dan mengamuk di gedung parlemen pun oke, korupsi blak-blakan ayo, memberangus kebenaran monggo...
Selamat tertawa...semoga dengan tertawa, tidak ada orang lain yang berani menertawakan kita. Jika ada yang coba-coba, don't worry be happy.
Satu pesan saya ... jangan tertawa sendirian di tengah jalan ...

Peringatan Penulis :
Dalam banyolan saya ini dan yang berikut-berikutnya, banyak menyangkut nama orang atau profesi, bahkan agama. Oleh karena itu, penulis mohon maaf jika terpaksa ada yang tersinggung bagi yang merasa tersindir. Tapi tetap saja, itu adalah humor. So, nggak ada alasan buat kita saling tersinggung. Intinya, yang suka silahkan baca, yang gak suka ya jangan dibaca. OK...?!

buat para kritikus, selow aja sob...coz, kata Benjamin Franklin "Pengkritik kita adalah teman kita. Mereka menunjukkan kesalahan kita" hahaha


* * *



"Merah Putih tidak pernah salah, yang salah hanya orang-orang yang berkhianat terhadapnya" 
(Eurico Barrios Goners Guterres)




Salam,

Penulis

Friday, June 4, 2010

Cinta Sepanjang Masa




Aku mencintai masa muda, sebab disana kulihat kata hatiku bagaikan merpati yang berjuang bersama rajawali kejahatan.

Dan kau melihat merpati tak pernah dikalahkan oleh perasaan pengecut miliknya, tapi oleh kekuatan lawannya.

Kata hati adalah sebuah keadilan meski hakimnya lemah, kelemahan meninggalkan ketidakkuasaan dalam pelaksanaan keadilannya.

Kukatakan, aku mencintainya.
Dan Cinta ada dalam beberapa wujud yang berbeda.
Kadang berwujud kearifan, dilain waktu ada dalam wujud keadilan, dan disaat lain lagi dalam wujud harapan yang menyala.

Cintaku menopang harapanku dalam pencarian cahaya-Nya, yang akan selalu menang atas kegelapan.



*Tribute To KAHLIL GIBRAN

Wednesday, February 24, 2010

Indonesia… Satu Kata Berjuta Makna…

*originally written : 11.02.2010



Indonesia akan menjadi bangsa yang besar bila… mempunyai pemimpin dengan visi yang tajam setajam Soekarno, kedisiplinan tinggi layaknya Soeharto tapi mempunyai jiwa religi yang plural dan  toleran seperti Gus Dur yang diimbangi dengan kelembutan hati seorang SBY.
Indonesia akan tangguh bila... Ibu Negara-nya setangguh Megawati dengan yang tak kenal berhenti berjuang bagi kesepadanan kaumnya laiknya Kartini yang dipoles dengan keanggunan ala Ibu Tien Soeharto.
Indonesia akan hebat bila... para pemimpin diwakili oleh wakil sehebat Bung Hatta yang dibalut dengan kelugasan JK.
Indonesia akan semakin hebat bila... pemimpin berhenti bertikai, & berjuang bersama demi keutuhan bangsa, dimana Parpol-parpol tak lagi bergulat hanya demi memperebutkan suara rakyat karena rakyat sudah semakin pintar dan tak cuma pandai berkomentar terhadap jalannya pemerintahan. Tapi bersama-sama satu pikiran satu tujuan, satu hati satu kepala dalam memajukan pemerintahan dan bangsa ini.


Indonesia akan menjadi makmur bila... tidak ada lagi rakyatnya yang kelaparan dan mempunyai Seribu Pemuda berjiwa seperti Soe Hok Gie, dan apabila para mahasiswa tak lagi hanya mengandalkan berDemo hanya untuk menyalurkan aspirasinya, dimana para Ormek tak lagi bertempur satu sama lain demi sebuah posisi di kampus masing-masing. Tapi bersatu demi kemajuan bersama.
Indonesia akan disegani bila... para musisi tanah air tak lagi menjiplak karya musisi lain dan malu apabila menjiplak musisi asing. Indonesia akan semakin disegani apabila bangsanya tak lagi malu memakai produk dalam negeri dan tak malu mengucapkan “Aku Cinta Indonesia”.
Indonesia akan dihormati bila... rakyatnya berhenti bertikai dimana mereka saling mencaci maki satu sama lain hanya karena fanatisme olahraga dan kedaerahan yang berlebihan.

Ini hanya sebuah mimpi semata.
You may say i’m a dreamer, but believe me i’m not the only one.

Indonesia akan menjadi bangsa yang besar…
apabila setiap orang Indonesia tak lagi malu, tapi bangga dengan bangsanya sendiri,
disaat mereka percaya bahwa bangsanya mampu,
disaat mereka percaya bahwa Tuhan itu ada,
disaat mereka yakin bahwa Tuhan selalu ada untuk mewujudkan segala mimpi-mimpi mereka, agar menjadi sebuah kenyataan…!

i’m Proud to be Indonesian! Ya, saya bangga jadi orang Indonesia!


Malang,12 Februari 2010

Salam,
Penulis

Pemilihan KaHim Menjadi Cermin Keburukan Bersama

*Originally Written : 06.07.2009

Saat ini kampus HI UB bukan lagi sekedar tempat untuk belajar. Daya pesonanya bukan hanya di dalam kelas, tapi menjalar ke luar. Sampai-sampai ada yang mengaitkan kampus dengan politik sehingga muncul idiom “kampus” politik. Atau politik kampus?. Saat ini hal itu kian identik di kampus ini (di kampus tempat belajar tentunya). Bagaimana bentuk elaborasi politik di Kampus ini? Berikut opini saya…

Keadaan di kampus HI tercinta ini kian menarik untuk dielaborasi seiring dengan hajatan terbesar politik (di kampus saya ini maksudnya) tahun ini, (walaupun tidak seheboh tragedi politik sebelumnya — nanti saya jelaskan kemudian — ) yaitu Pemilihan Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Brawijaya yang pertama (atau yang kedua? kata mereka sii yang pertama,karena yang pertama dianggap gagal). Gara-gara hajatan ini semua jadi sibuk dan serba heboh (saya pun ikut heboh, karena bingung apa yang dihebohin). Karena banyaknya kepentingan yang ada (segitu banyaknya sampai bingung,itu penting apa enggak sii?).

Karena itu kekacauan yang terjadi dalam Pemilihan besok adalah cerminan dari kehidupan politik, bukan cerminan dari kehidupan akademik yang seharusnya dinamis dan demokratis (halah…).

Bagaimana tidak, mereka yang sudah bekerja keras dalam merumuskan himpunan ini dibuat kelabakan gara-gara secara tiba-tiba muncul Surat Keputusan (yang tidak bertanda tangan,menurut hukum sii tidak sah –tapi siapa gue geetoohh–, apalagi cuma dkirim via email terhadap 2 orang mahasiswa saja, sedangkan yang mengirim entah dimana), inti dari SK tersebut adalah angkatan 2008 yang seharusnya tidak mempunyai Hak Suara (hak dipilih dan memilih), tiba-tiba mempunyai hak suara dan berhak menjadi Ketua. Suara angkatan 2008 pun menjadi suara ambang atau justru bisa dikatakan liar yang bisa dengan mudah ditunggangi pihak tertentu. Dan Pemilihan harus dilaksanakan segera besok pukul 15.00 WIB! H-1 dunk!

Woow! Mungkin inilah himpunan paling fenomenal yang pernah saya kenal, dimana pihak kampus dengan otoritasnya tiba-tiba mencampuri urusan mahasiswa dan harus dituruti. Yang lebih lucu lagi, kalau nantinya ada yang gak beres, himpunan akan dianggap gagagl dan (mungkin) sekali (atau dua kali) lagi harus dibentuk ulang, atau bahkan dibuat sistem organisasi semodel dewan angkatan. Ironisnya semua hal yang berhubungan dengan kegiatan mahasiswa akan berada dalam kontrol kampus. Hmm….sama aja flashback ke jaman 60-an nii… Beginilah jadinya apabila pihak yang tidak paham dengan bidangnya mulai turun tangan. Mungkin suatu saat nanti disinilah tempat pertama dimana ketika dosen masuk kelas tapi yang ngajar malah mahasiswanya, biar sekalian aja semuanya serba kebalik. Cuma disini aja, yang himpunan mahasiswanya bisa dibuat sampai 2 kali dalam setahun demi mencocokkan dengan keinginan kampus, mungki nanti malah bisa jadi tiga kali. Dude, dont you think this is totally absurd?! Its like a circus..

Hmph, entah dimana letak kesalahannya. Silakan mengecam para mahasiswa angkatan 2007, atau para founding fathers himpunan yang sebelumnya. Silakan memberi sanksi lagi kepada saya (apa ada lagi yang lebih berat?). Tapi, sebenarnya semua yang terjadi itu merupakan cerminan dari praksis politik dalam kampus yang penuh dengan malum (hal buruk). Tapi betulkah kesalahan ditimpakan kepada Angkatan 2007 atau saya dan kawan-kawan? Atau ada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya? Sebenarnya saya dan teman-teman sudah sering mengaspirasikan keinginannya. Ada konflik kepentingan yang digawangi salah satu mahasiswa HI UB 2007 yang gila kekuasaan, atau segelintir pihak kampus yang terlalu jauh mengintervensi. Tapi apa lacur, itu semua hany menjadi penghangat telinga saja, bahkan sanksi berat langsung menyambut.

Para politisi (entah yang mana) hanya menjadikan politik atau hal ini sebagai ajang malum commune atau keburukan bersama. Padahal, politik seharusnya bertujuan demi bonum commune atau kesejahteraan bersama, ya kalau tujuannya tidak baik kenapa hal tersebut mesti ada dalam mata kuliah yang wajib dipelajari. Mungkin mereka terlalu banyak nonton liga sepakbola di negara kita yang serba ruwet yang kita tahu selama ini memiliki sisi yang unik dan lucu, karena ada yang gigih menjatuhkan hukuman terhadap yang salah tapi ada juga yang selalu bertindak ‘bijaksana’ mengurangi atau bahkan menghapus hukuman, atau ada yang salah tapi dibenarkan begitu juga sebaliknya. Atau juga mereka terlarut terlampau dalam terhadap suasana PilPres di negara kita yang selalu ruwet dengan DPT-nya sehingga mau ikut-ikutan menerapkannya di dalam lingkup yang lebih kecil yaitu di kampus.

Tentu sudah sepantasnya mana kala keburukan bersama dalam dunia politik itu akhirnya menjalar kemana-mana, termasuk ke dunia akademik. Politik memang punya pengaruh sangat besar terhadap banyak bidang diluar politik.

Keburukan atau malum dalam pemilihan kahim kali ini seharusnya bisa dihindari sejak awal kalau mereka-mereka yang berkuasa di kampus para birokrat bisa bijaksana atau minimal menghargai kesepakatan yang sudah dibuat, atau setidaknya apa yang sudah pernah dilontarkannya. Angkatan 2007 pun terpaksa menyetujui Surat Keputusan tersebut. Keputusan dalam mengeluarkan SK tersebut jelas menunjukkan para birokrat kampus kita tidak punya visi untuk menciptakan bonum commune atau kebaikan bersama. Mereka selalu menguntungkan beberapa pihak (mahasiswa) yang penurut dan dekat dengan mereka.

Kondisi ini mirip sebuah pertandingan derby dalam sepakbola antara tim sekota atau yang saling berdekatan. Sudah penuh perang urat syaraf dan segala macam bentuk kampanye hitam atau propaganda buruk.

Semua cara propaganda sebenarnya sah-sah saja, sejauh tidak menggunakan kekerasan atau black campaign dengan menyebut sentimen agama ras (SARA). Tetapi ada satu point sederhana dalam SK tersebut, yakni soal batas minimal IPK untuk menjadi Ketua dan Pengurus yang sama rata dan terlampau tinggi (bahkan untuk menjadi Duta Asean saja tidak setinggi itu), yang secara tidak langsung justru membatasi hak-hak politik pihak-pihak tertentu dan lebih mengarah terhadap suatu golongan yang dekat dengan mereka. Apa ini bukan bentuk dari diskriminasi? Mungking itulah salah satu cara mereka dalam mengkomunikasikan tujuan politik mereka. Pakar komunikasi politik Amerika, Harold Laswell, mengungkapkan propaganda adalah diseminasi informasi secara sistematis dan terus menerus guna mengubah pandangan, sikap, dan emosi lawan supaya akhirnya berpihak kepada pihak penyampai propaganda.

Tidak Siap Kalah

Dari kasus ini, menunjukkan bahwa mereka masih menjiwai kultur kebudayaan kita yaitu tidak siap kalah. Sehingga mereka harus menggunakan berbagai macam cara baik yang tidak baik sekalipun untuk mencapai tujuan politik tersebut. Sejak zaman Singasari sampai Orde Baru, beragam intrik atau pembunuhan lawan poltik selalu terjadi (entah HI UB ada zaman yang mana?). Demikian halnya di kampus ini.

Kampus seharusnya menjadi tempat untuk belajar, bukan tempat untuk mempraktekkan hasil dari pembelajaran itu sendiri. Karena itu birokrat kampus harusnya mempunyai visi yang benar tentang bagaimana mendidik mahasiswa. Visi yang tidak benar hanya akan menjadikan tempat ini sebagai alat untuk melanggengkan sesuatu hal atau tujuan dan kepentingan-kepentingan tertentu.

Dalam sikon seperti ini harusnya mereka belajar terhadap Liem Swie King, legenda olahraga kita yang buku dan filmnya tengah hangat menjadi buah bibir. King sudah kenyang asam garam sehingga bisa menerima kekalahan dan kemenangan dengan bijak, yang seandainya mereka mau meniru, HI UB jelas akan lebih baik. Situasinya nyaman, belajar pun enak. Berteman enak. Politiknya pun baik. Ujung-ujungnya HI UB Jaya!

Marilah sejenak kita renungkan bersama apa yang sebenarnya terjadi jangan hanya mengedepankan ego semata demi masa depan yang jauh lebih baik untuk HI. Satu pesan yang jelas dari saya adalah, sejarah dimana mereka membubarkan himpunan karena dianggap membangkang dan tak sejalan dengan keinginan mereka, tidak akan pernah bisa dihapus, karena sejarah tak akan pernah bisa berubah, dan akan terus tetap dikenang bersama semangat yang ada.

Salam.

Adilkah?

*Originally Written : 03.01.2009

Kenapa saya saja yang diminta pertanggungjawaban atas terjadinya hal tersebut? tidakkah mestinya waktu itu PD 3 sebagai regulator juga bertanggungjawab? sehubungan dengan hal ini saya ingin bertanya : siapa yang yang bertanggung jawab atas dibubarkannya organisasi? siapa yang bertanggung jawab atas usaha-usaha pendongkelan saya? siapa yang bertanggung jawab atas dibuatnya aturan-aturan yang salah kaprah tersebut? siapa yang bertanggung jawab membuat SK tersebut? mengapa di pemerintahan yang sebelumnya apa yang saya lakukan Legal dan didukung? mengapa kemudian disaat terjadi perbedaan pendapat saya harus disingkirkan? kenapa kekuasaan selalu menjadi senjata? mengapa disaat semua pihak yang berkuasa tahu mana yang benar mana yang salah, mereka justru diam? ada apa sebenarnya? mengapa yang salah justru di-Legitimasi?

“kami menangis tersedu-sedu, sebab kami mendengar mereka yang mengerang dan merintih karena tertindas dan terinjak oleh kalian. akan tetapi kalian tertawa riang, sebab mendengar suara gelas kalian yang berdenting diantara tawa kalian yang membahana terbahak-bahak, diantara jabat tangan kalian, diantara perjanjian-perjanjian dan persekongkolan yang kalian buat, dan diantara celoteh anak-anak kalian” (Catatan Harian TYW, disekitar bulan September 2oo8)

*Tulisan ini memiliki kaitan dengan tulisan lainnya : "Pemilihan KaHim Menjadi Cerminan Keburukan Bersama"

Sebuah Jawaban, Sebuah Perlawanan, (Keringat dan Air Mata)

“Aku BOSAN dedikasiku dipermainkan oleh mereka yang memerintah. Miliki dulu harga diri, tanpa itu kita hanya akan menjadi robot. It’s a reason to believe why i left that”.

State (kampus) dengan seluruh kekuasaan, beserta pengaruh-pengaruh, dan antek-anteknya, sengaja menciptakan tekanan-tekanan terhadap kita untuk mendorong kita untuk melakukan (kekerasan) itu semua. Untuk apa? agar mereka punya legitimasi yang cukup untuk membubarkan pergerakan kita yang tidak sejalan dengan mereka, untuk menghapus idealisme kita yang tidak bertolak-belakang dengan mereka. Mereka (birokrasi) kemudian sengaja menciptakan dalih-dalih yang negatif untuk menciptakan opini publik yang positif buat mereka. Mereka dengan segala keuntungan yang mereka punya (karena mereka punya kekuasaan) berdalih ini semua untuk “mendisiplinkan masyarakat”.

Mundurnya saya dari jabatan (yang dulu saya bilang sial), sekarang buat saya ini adalah sebuah keberuntungan! karena dipecatnya saya oleh birokrat kampus, secara tidak langsung justru meng-Legitimasi kebenaran yang saya lakukan. Mereka melakukan apa yang dulu dinamakan Demokrasi Terpimpin ! Hal ini justru sesuatu yang akan membangkitkan people power suatu saat nanti. Mereka-mereka (para birokrat kampus yang kotor) hanya bentuk lain dari apa yang disebut Rezim, Otoriter, ataupun Diktator. Cikal Bakal Orde Baru di Era Reformasi.

Yang jelas perjuangan ini tidak akan pernah berhenti sampai disini, karena orang-orang seperti saya hanyalah satu dari sekian orang yang akan selalu ada di depan disaat ada mereka-mereka yang berkuasa bersikap mulai otoriter.

apa yang mereka lakukan adalah Penyelewengan Kekuasaan! ini Penindasan Bung! Dan ini menjadi tanggung jawab saya untuk meluruskan itu semua (dan bukankah ini juga seharusnya untuk kita semua kawan? karena mahasiswa adalah agent of change, bukan begitu kawan?)

Semoga hal ini bukan menjadi kehancuran, tapi awal dari kebangkitan kita seluruhnya dalam melawan pembodohan, penindasan, dan pengekangan hak asasi kita sebagai mahasiswa. Karena bila kediktatoran menjadi kenyataan, maka revolusi menjadi sebuah kebenaran.

Greatness, no matter how brief, stays with a man. (Kejayaan seberapapun singkatnya, akan tetap selalu dikenang). Pembuat sejarah berlalu, tetapi jejak kesejarahannya menetap. Patah tumbuh hilang berganti, gugur satu tumbuh seribu”.

Salam.
Penulis *)

(Sebuah Surat Terbuka untuk Mereka, Catatan Harian TYW, 2oo8)

*) Mahasiswa FH-UB ‘o4 dan FIS-UB ‘o7 (Demisioner KaHima HI 2oo7-2oo8, dipecat dan diberi sanksi seumur hidup dilarang berkecimpung di lingkup organisasi kampus karena di anggap melawan kebijakan fakultas)

**) Tulisan ini memiliki kaitan dengan tulisan lainnya : "Pemilihan KaHim Menjadi Cerminan Keburukan Bersama"

Muda, Idealisme, dan Kehidupan, atau Mati

Bagiku ada sesuatu yang paling berharga dan hakiki dalam kehidupan: “dapat mencintai, dapat iba hati, dapat merasakan kedukaan”. Tanpa itu semua maka kita tidak lebih dari benda mati. Berbahagialah orang yang masih mempunyai rasa cinta, yang belum sampai kehilangan benda yang paling bernilai ini. Kalau kita telah kehilangan itu maka absurdlah hidup kita. (Catatan Harian SHG, 16 Desember 1961)

Dan berbahagialah mereka yang mati muda, karena mereka yang mati muda belum sempat kehilangan idealisme mereka. Mereka yang mati muda akan tetap muda selamanya. (Catatan Harian SHG)

“Karena idealisme adalah barang termewah yang mampu dimiliki oleh generasi muda. Berbahagialah mereka yang pernah muda, yang pernah merasakannya, dan mempertahankannya”. (Catatan Harian TYW, Suatu Hari di Awal Tahun 2008)




*Tulisan ini memiliki kaitan dengan tulisan lainnya : "Pemilihan KaHim Menjadi Cerminan Keburukan Bersama"

Superman

*originally written : 1.1.2009

“when brave meet brain, a true power will came out from the inside not from how strong we are. and from that greats power came a great responsibility to. thats what i called the true superman, a man who has a superheart…”

Superman…kalau diartikan secara langsung ke dalam bahasa indonesia adalah manusia super. Di dalam versi aslinya, seorang superman adalah seseorang yang mempunyai kepribadian ganda. Yang pertama sebagai manusia biasa, yang kedua sebagai seorang superhero, seorang yang kebal terhadap berbagai macam senjata dan tak mudah disakiti.

Tapi, menurut saya seorang Superman yang sejati adalah seorang manusia yang berhati super, yang tak mudah goncang dalam berbagai masalah. Seorang yang berpikir layaknya seorang bijak, yang mampu dan berpikir dalam memecahkan masalahnya. Seseorang yang kebal dan kuat hatinya. Seseorang yang manusiawi, yang tentunya memiliki kelemahan, disamping semua kelebihannya. Seseorang yang tidak memilih, menerima dan melihat orang lain tanpa melihat latar belakangnya, baik agama, ras, suku atau lainnya.
thats what i called the real superman

something that never i cant be…

Kejujuran

kejujuran itu seperti es krim
kalau tidak dilahap, bakalan cepat meleleh hilang ditelan hawa panas
biseps di tangan itu kan otot fisik
nah, kejujuran itu otot mental,
dan otot harus dilatih terus biar kuat…
untuk hari ini latihan kejujuran ku, jujur pada diri sendiri…
tapi aku takut,
takut kalo intuisiku mengenai banyak hal selama ini bisa salah
aku takut,
takut kalo aku bangun besok, matahari ga muncul di timur
atau,
gimana kalo aku bangun besok…
aku baru tahu, kalau hati bisa salah…