---------- Selamat Datang ---------- Welkom ---------- Welcome ---------- Bienvenue ---------- Willkommen ---------- Aloha Mai ---------- Swaagatam ---------- Velkomin ---------- Benvenuto ---------- Wëllkomm ---------- Ulo Kumyn Denen Zhyna ---------- Dobro Pozhalovat' ---------- Bienvenidos ---------- Wilujeng Sumping ---------- Yin Dee ---------- Hosh Keldingiz ---------- Irashaimasu ---------- Sugeng Rawuh ---------- Pari Yegak ----------

Friday, August 20, 2010

What People Said About ... (2)

Ola...! Apa kabar semuanya, semoga semuanya dalam keadaan baik dan selalu dalam lindungan Tuhan YME. 
Alkisah, suatu saat ketika penulis sedang mengubek-ubek status Facebook teman-teman penulis, penulis menemukan beberapa status yang bisa dibilang memiliki hubungan yang tidak jauh-jauh dengan tokoh-tokoh yang tersebut dalam tulisan penulis yang sebelumnya. 
Oleh karena itu pada "What People Said About ..." edisi yang kedua ini, penulis mencoba membagi uneg-uneg salah seorang senior penulis tersebut dalam blog penulis ini. Senior tersebut bernama Enos Oktafiat yang dulu di kampus begitu diakui kebesaran sepak terjangnya hingga akhirnya beliau begitu diagung-agungkan oleh para juniornya hingga saat ini.  

Enos Oktafiat
Akhirnya, setelah melalui jalan yang panjang untuk meminta ijin (yang Alhamdulillah akhirnya di izinkan oleh yang bersangkutan) , penulis dapat berkesempatan untuk ngeBlogging status yang dibuat pada Hari Selasa Tanggal 20 Agustus 2010 pada waktu +/- 17:30 WIB tersebut. 
Ini  dia nii statusnya ... 

" sebenarnya layak ga sih yang namanya terpidana korupsi dibebaskan dengan mendapat grasi atau amnesti dari presiden , ya mungkin itu hak dari seorang presiden dan mungkin juga dengan alasan si terpidana sakit dan sebagainya, tapi apakah ini yang di jadikan alasan "pokok" si "terpidana" menjadi berkurang masa tahanan dan akhirnya bebas "
" bertanya mode on ??????????????????? "
(Enos Oktafiat)





Pandangan Penulis
wewww...kata-kata yang tajam, lugas, dan langsung menuju ke ulu hati orang yang dimaksud, hehehe. Ini adalah salah satu contoh hasil dari demokrasi. Bayangin aja, jaman dulu, orang ngomong begini ga lama bisa langsung hilang ditelan bumi. Nah, Sekarang? hohoho, Thanks God, bahkan kata-kata seperti ini bisa di sadur ke Blog, dan tersebar dengan cepat atas bantuan teknologi jaman sekarang.
Oia, jadi lupa bahas apa yang dimaksud. Jadi begini nii, menurut penulis, Yang Pertama, bukankah semua terpidana berhak mendapatkan Grasi? apalagi disaat kemerdekaan, yang notabene setiap orang berhak untuk merasa "merdeka" biarpun mereka masih didalam penjara. Belum lagi kalau kita ingat, bahwa hukum mengenal suatu asas yaitu "Equality Before The Law" yang berarti "Semua Orang Adalah Sama Di Mata Hukum" ? jadi  entah siapapun dia, mau terpidana korupsi ataupun maling ayam, penulis pikir dia berhak mendapatkan apa yang namanya grasi.
Penulis jadi ingat dengan kata-kata salah satu dosen Mata Kuliah Hukum Pidana (yang tidak bisa disebutkan namanya disini) yang dulu penulis sempat tanyakan, "mengapa seorang terdakwa / tersangka berhak didampingi oleh pengacara walaupun jelas-jelas dia bersalah, kan buang-buang energi", kemudian sang dosen berkata. "seorang tersangka ataupun terdakwa, siapapun dia, berhak mendapatkan keadilan hukum, dalam artian, dia berhak mendapatkan hukuman yang memang sesuai dengan apa yang sudah diperbuat, dan tidak dilebih-lebihkan". Apa yang penulis simpulkan adalah, semua orang, kalo kita bicara hukum, mempunyai hak yang sama siapapun dia. 
Yang Kedua, Dulu pemberian grasi kepada terpidana, dilakukan oleh Raja, semata-mata karena kemurahan hati dan belas kasihan saja. Sedangkan dewasa ini, pemberian grasi kepada terpidana dilakukan oleh Kepala Negara, bukan semata-mata sebagai kemurahan hati, karena dalam hal ini telah melibatkan pejabat-pejabat negara lainnya (para hakim, para jaksa, Ketua MA, dll) jadi tidak mutlak atas Permintaan Kepala Negara saja. Jadi, terkesan kurang adil kalau hanya Presiden saja yang disudutkan, (bahkan terlepas dari benar atau tidaknya pemberian grasi tersebut) karena dalam memutuskan seorang terpidana mendapatkan grasi atau tidak, terdapat campur tangan pejabat-pejabat tinggi negara lainnya.
Hmm, sekian pandangan dari penulis. Apabila ada kata-kata yang mungkin kurang berkenan, penulis mengucapkan maaf. Apapun itu, ini adalah negara democrazy. So, nggak ada alasan buat kita saling tersinggung. Intinya, yang suka silahkan baca, yang gak suka ya jangan dibaca. OK...?! hehehe. buat para kritikus, selow aja sob...coz,tetep seperti apa yang  dikatakan oleh Benjamin Franklin "Pengkritik kita adalah teman kita. Mereka menunjukkan kesalahan kita" yaa berarti kalian yang mau memberi komentar baik negatif maupun positif, semua tetep teman saya. Peace^^


Salam Satu Jiwa,
 Penulis


* * *


©2010.Yudha743™

Thursday, August 19, 2010

What People Said About ... (1)

Penulis
Prakata
Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore , ataupun Selamat Malam. Kapanpun dan dimanapun anda membaca tulisan ini.
Terima Kasih sudah mengunjungi Blog saya ini.

Dalam edisi pertama "What People Said About..." ini, penulis mengambil tema Demokrasi. Why Democracy?
Begini ceritanya, pada tanggal 17-18 Agustus 2010 kemarin ada sedikit perdebatan seru yang menghiasi beberapa media tanah air soal Presiden kita, yang disebut memberikan souvenir yang terlalu mencitrakan keluarga Cikeas (Keluarga Presiden.red) pada saat Upacara 17 Agustus di Istana.
Kebetulan pada saat itu Penulis berkesempatan hadir di Istana, uniknya penulis merasakan tidak ada yang aneh pada saat itu. Semua tampak berjalan seperti biasa sebagaimana mestinya tanpa ada pencitraan yang tidak wajar. Menurut Penulis, semua masih dalam koridor yang sangat wajar dalam kapasitas Presiden beserta keluarganya sebagai Tuan Rumah yang baik.
Nah, daripada membahas masalah souvenir tersebut yang penulis pikir terlalu lucu untuk diperdebatkan, lebih baik penulis mengangkat apa yang sebenarnya terdapat didalam salah satu souvenir tersebut. Yaitu salah satu buku tipis yang berisi Wawancara Khusus wartawan Jurnal Nasional dengan Agus Harimurti Yudhoyono, putra dari RI 1 Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono

Oke, this is the first edition of  "What People Said About" ....


what Agus Harimurti Yudhoyono said about our Democracy...

Agus Harimurti Yudhoyono
"Saya melihat Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangannya luar biasa cepat jika dilihat dari lintasan sejarah kita. Tapi perlu diingat, demokrasi adalah alat, bukan tujuan. "It's not an end in itself". Tapi kita sering menganggap bahwa demokrasi adalah objective, tujuan. Padahal demokrasi kalau kita sikapi sebagai sebuah proses panjang adalah alat untuk tujuan akhir sebuah bangsa, yaitu prosperity (kemakmuran). Tapi perkembangan ini sangat wajar bagi sebuah bangsa yang sedang membangun, di negara manapun. Bahkan bagi negara yang sudah maju sekalipun tetap menghadapi tantangan dan persoalan dalam mengelola alam demokrasinya".
*disadur dari Jurnal Nasional, Wawancara Eksklusif Agus Harimurti Yudhoyono dengan Budi Winarno dan Koesworo Setiawan.




Pandangan Penulis
hmm...pemikiran yang sederhana, tapi sangat berisi, penjelasannya langsung mengena kepada tujuan yang dimaksud (untuk diterangkan.red). Kata-kata ini bagus untuk dibaca dan diketahui oleh mereka-mereka siapapun itu yang mengaku masih belajar tentang politik.
Sebuah pesan untuk mereka-mereka yang berteriak soal demokrasi, entah itu di dalam ruang rapat, tempat diskusi, di jalan-jalan, yang tanpa mereka sadari bahwa apakah mereka sebenarnya mengerti atau tidak tentang arti dari demokrasi itu sendiri. Yang kadang membuat mereka lupa jalan, dan membenarkan apapun yang mereka lakukan dengan alasan "demokrasi".


Salam Satu Jiwa, 
Penulis


* * * 

*Tulisan "What People Said About..." ini adalah awal atau rintisan dari tulisan-tulisan saya mengenai kata-kata dan pandangan tokoh-tokoh, orang-orang penting, pejabat, siapapun yang dikenal orang banyak secara luas, tentang apapun yang lagi happening di negara kita atau bahkan di negara tetangga yang nun jauh disana. Anyway, Siapapun itu yang menurut saya pantas omongannya untuk dikritisi, dikagumi, atau bahkan diikuti.

Banyolan Agustusan - Merdeka !!! *

*) Banyolan ini dibuat saat penulis terjebak kemacetan Jakarta yang luar biasa. Semakin terinspirasi dengan membayangkan kapan kira-kira Kuala Lumpur digempur sm Tank Indonesia.
Disadur dari status Facebook saya tanggal 16-17 Agustus 2010
Apapun yang penulis tulis, rasakan dan keluhkan soal negara ini, Penulis Tetap Cinta Negara ini.
..
I Luph U Pull......Indonesia..!!!

I.
Kalo Saya Jadi Presiden :
angkat telepon, hubungi Panglima TNI, ngomong begini "Ndral, kan kita punya sukhoi, tolong besok pas saya upacara kamu bawa,trus kamu bom petronas sampe runtuh",
pasti kata Panglima : "Nyun Sewu Pak Pres...bukan ndak mau,tapi sukhoi kita gak ada pelurunya...",
Saya : "yasudah,tabrakin aj sekalian,ntar kita kredit lagi..."

II.
Presiden bertanya kepada Panglima : "he Pang, itu kenapa 3 aparat kita dtangkep malaysia??"
Panglima : "iya Pak...., abisnya setelah mereka nangkep nelayan malaysia, gantian mereka mancing ikan di pantai malaysia.."

III.
Seandainya Saya Presiden Season 3 :
Presiden ketemu sama Panglima pas mau upacara, "ehh,,elu Pang...gw bingung nii,,gmn y caranya byr malaysia takut sm kita....?.."
Panglima : "gampang pak, kita tulisin aj kapal perang kita 'Elpiji 3kg' pasti pd takut smw...."
*PS : Thx 4 Dewangga Aja Ngono atas idenya... :))

IV.
Seandainya Saya Presiden Season 4 :
seorang dubes malaysia bertanya ketika upacara : "pak cik,kenapa monas atasnya macam api dilapis emas?"
Saya : "yaa kalo diatasnya kite taroh elpiji 3kg, mau dilapis apa juga orang pade takut mau maen ke Indonesia..."

IV1/2.
Seandainya Saya Presiden Season 4 1/2 :
Dubes Malaysia kembali bertanya : "Pak Cik,terus kenapa di Negara ini banyak patung Panglima Sudirman?"
Saya : "yaaa....kalo patung nya Abu Bakar Ba'asyir,orang pikir saya teroris!!!"

V.
Seandainya Saya Presiden Final Season :
Menakertrans bertanya kpd saya : "Pak Pres, kenapa yaa...TKI kita selalu dianiaya di Luar Negeri...saya bingung sama solusinya.... :( "
Saya : "mulai besok, kita kirim aja SatPol PP sebagai ganti TKI..."

VI.
Seandainya saya Presiden Final AfterSeason (Sambungan dari Season 1):
Selesai Upacara, Presiden (Y) menghubungi Panglima TNI,
Y : "halo,Ndral.."
P : "iyaaa... Pak ?"
Y : "lho? ko kamu masih idup?tugas yang saya kasih kemarin gimana???"
P : "nyun sewu Pak Pres, ternyata sukhoi kita juga ga ada bensinnya.."
Y : "haduhh,yasuda!...besok ingetin saya kredit Jendral baru..!"





* * *



Pesan Penulis :
Bangsa ini sudah mulai berubah menjadi bangsa yang penakut, pengecut, & pecundang. Daripada cuman ngurusin koruptor yang bak jamur di musim hujan, Jalanan yang berlubang sampe hari raya kambing, ato nangkepin orang yang malingin ayam karena laper, demo mahasiswa yg tak jelas apa tujuannya, bahkan artis yang mulai rebutan jadi bupati ato camat. Mending mereka-mereka itu suruh perang lawan malaysia.
Mari kita kirim Artis-artis sinetron, mahasiswa doyan demo & rekan-rekan Satpol PP ke medan tempur. Biar dimakan cacing sampe habis. !!!

MERDEKA !!!

hahahaha ^^



* * *



Catatan Penulis :
Sering dikatakan bahwa tertawa itu sehat. Bahkan tertawa adalah obat paling mujarab. Karena ia memiliki kekuatan penyembuhan. Ia mampu mengendurkan urat-urat syaraf kita yang terlanjur tegang lantaran tuntutan kerja yang teramat tinggi. Mungkin ini benar. Tapi benar juga bahwa, sekalipun kita senang tertawa, kita tidak ingin ditertawakan.
Meluangkan waktu sepetak untuk ruang privasi guna merenungi makna kehidupan lewat jalinan humor adalah tujuan dari catatan ini. Inilah cara saya menertawakan dunia, menertawakan orang lain dan ... diri sendiri!
So ... sudahkah anda tertawa hari ini?
Ini negara paling demokratis sedunia. Jangankan tertawa, bikin kericuhan dan mengamuk di gedung parlemen pun oke, korupsi blak-blakan ayo, memberangus kebenaran monggo...
Selamat tertawa...semoga dengan tertawa, tidak ada orang lain yang berani menertawakan kita. Jika ada yang coba-coba, don't worry be happy.
Satu pesan saya ... jangan tertawa sendirian di tengah jalan ...

Peringatan Penulis :
Dalam banyolan saya ini dan yang berikut-berikutnya, banyak menyangkut nama orang atau profesi, bahkan agama. Oleh karena itu, penulis mohon maaf jika terpaksa ada yang tersinggung bagi yang merasa tersindir. Tapi tetap saja, itu adalah humor. So, nggak ada alasan buat kita saling tersinggung. Intinya, yang suka silahkan baca, yang gak suka ya jangan dibaca. OK...?!

buat para kritikus, selow aja sob...coz, kata Benjamin Franklin "Pengkritik kita adalah teman kita. Mereka menunjukkan kesalahan kita" hahaha


* * *



"Merah Putih tidak pernah salah, yang salah hanya orang-orang yang berkhianat terhadapnya" 
(Eurico Barrios Goners Guterres)




Salam,

Penulis